4 Sudut Area Dalam Relasi Kepemimpinan

by Erick Iskandar


Posted on 11-Jun-2020



4 SUDUT AREA DALAM RELASI KEPEMIMPINAN

 

 

Dalam interaksi dengan orang lain kita sudah terbiasa mengajukan pertanyaan “apa kabar” yang biasanya akan dijawab oleh orang tersebut “kabar baik”, “luar biasa”, “sehat”. Kita mengajukan pertanyaan tersebut sebagai tanda sopan santun / keramahtamahan, dan juga karena kita sungguh-sunguh ingin mengetahui bagaimana kabar mereka.

 

Dalam benak seorang Pemimpin, penting baginya untuk senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dalam benaknya terkait anggota tim / karyawan yang ia pimpin:

 

  • Apakah mereka senang dan bahagia dengan pekerjaan yang mereka lakukan?
  • Bagaimana rasanya berada dibawah kepemimpinanku
  • Apakah ada yang membuat mereka “stuck”?
  • Sejauh mana mereka sudah tertantang untuk belajar dan bertumbuh?
  • Apakah mereka sudah berada di “track” yang sesuai
  • Bagaimana relasi mereka satu sama lain?
  • Apakah mereka sudah saling kompak dan saling melengkapi?

 

Pada intinya, Pemimpin perlu mencari tahu “ada dimana” anggota tim mereka saat ini dalam konteks relasi dengan dirinya dan dengan anggota tim yang lain. Sehingga jika sang Pemimpin ingin mencari tahu dimana posisi hati dan pikiran anggota timnya pada suatu kondisi tertentu, ia mampu menemukannya.

 

Untuk itu, Pemimpin memerlukan sebuah “peta” yang dapat menuntunnya untuk dapat mengetahui posisi sudut area yang sedang “ditempati” oleh anggota timnya. Henry Cloud, seorang pakar kepemimpinan dengan sangat apik memberikan sebuah model “peta” tersebut yang ia sebut dengan “The Four Corners” (4 sudut area).

 

 

The 4 Corner of Relationships

 

 

Sudut area pertama: NO CONNECTION

 

Ini adalah area dimana orang merasa sendirian, kesepian, terputus, dan tidak memiliki “rasa keterhubungan” dengan yang lain. Bukan berarti mereka tidak memiliki orang-orang lain di sekeliling mereka. Mereka tetap memiliki atasan, rekan kerja dan sesama anggota tim yang lain. Namun dalam hati dan pikiran mereka, mereka merasa “berjalan sendirian”.

 

Ini adalah area dimana orang tidak merasa didengarkan, tidak mendapat dukungan, dan “ditinggal sendirian” untuk mencari tahu sendiri. Hal ini mengakibatkan orang menjadi merasa terasing, terisolasi dan merasa bukan bagian dari kelompok / tim.

 

Pada area ini, yang terjadi adalah demotivasi, dis-engagement, rasa curiga, rasa takut, rasa kesepian, keinginan untuk segera resign. Orang bekerja untuk kepentingan diri sendiri dan kepentingan timnya, silo mindset, yang ada hanyalah kompetisi tidak sehat tanpa kolaborasi. Orang bekerja hanya untuk survival dan tanpa makna yang mendalam.

 

  

Sudut area kedua: BAD CONNECTION

 

Ini adalah area dimana orang telah memiliki “keterhubungan” (connection) dengan orang lain, namun relasi yang terjadi membuat mereka merasa “buruk” tentang diri mereka sendiri. Orang merasa apa yang mereka kerjakan seakan-akan tidak pernah cukup baik. Mereka merasa tidak dihargai dan dihormati.

 

Ini adalah area dimana orang sering dikritik, dicerca, disalahkan, dihakimi, dibuat merasa tidak cukup baik dan rendah. Hal ini tentu berakibat pada “mandeg”nya kontribusi mereka. Mereka tidak dapat berkinerja optimal untuk memberikan segala kontribusi, kreativitas, ide-ide, dan ketrampilan terbaik mereka.

 

Pada jangka panjang, perasaan tidak dihargai ini dapat terakumulasi menjadi “pembalasan” terhadap organisasi dan orang lainnya. Mereka membalas dalam bentuk menahan informasi, malas-malasan, sengaja menahan proses kerja, melakukan sabotase, membentuk kubu untuk menentang dan membalas orang yang menyakiti mereka, sampai bersikap apati. Hal ini tentu saja semakin memperburuk keadaan dan dapat menjadi lingkaran setan berulang karena ketidakpuasan dan pembalasan yang dilakukan satu sama lain.

 

 

Sudut area ketiga: FAKE GOOD CONNECTION

 

Ini adalah area dimana orang berupaya keluar dari area NO CONNECTION dan BAD CONNECTION dengan mendekatkan diri pada orang lain yang tampak baik dan menyenangkan mereka. Yang sering memuji, menyanjung dan tidak berani (menyembunyikan) mengatakan kebenaran / “yang sesungguhnya” pada mereka. Ini adalah area dimana kepura-pura-an dan sandiwara terjadi.

 

Pada area ini, orang berupaya mengejar status, pencapaian, reward, maupun jabatan dengan berusaha tampil baik di depan orang lain. Padahal dibelakangnya, mereka dapat mengatakan hal-hal buruk dan menggosip yang dapat menjatuhkan orang tersebut. 

 

Dalam hati mereka pun sebenarnya mereka juga merasa “lelah” untuk senantiasa menampilkan simbol status, kekayaan, maupun pencapaian agar mereka mendapat pengakuan. Pada akhirnya mereka memang mendapat pengakuan dari orang lain. Namun pengakuan tersebut adalah kepura-puraan, sesuatu yang dangkal. Tanpa sadar, mereka jadi “kecanduan” terhadap simbol status dan pengakuan dari orang lain tersebut. Seakan-akan harga diri mereka ditentukan oleh pengakuan dari orang lain.

 

 

Sudut area ke-empat: REAL CONNECTION

 

Ini adalah area yang seharusnya menjadi tempat bagi setiap orang dalam organisasi. Jika tiga area sebelumnya adalah area yang buruk, maka area ke-empat ini adalah area yang terbaik. Area dimana orang sungguh merasa “terhubung” dengan sang pemimpin dan dengan satu sama lain. Area dimana terjadi relasi positif yang asli dan autentik. Area dimana orang dapat bersikap jujur dan membagikan kerapuhan dirinya, dimana mereka dapat menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan terhadap apa yang mereka alami secara jujur – tanpa takut untuk dihakimi dan dihukum. 

 

Pada area ini, orang mendapat dukungan, penguatan, bimbingan, arahan yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan kinerja mereka. Saat mereka berhasil meraih kemenangan, mereka juga mendapat perayaan dan apresiasi yang tepat. Di area ini, orang mengalami keterhubungan yang sejati, relasi yang saling menguatkan dan saing mengisi. Mereka merasa menjadi bagian satu kesatuan dengan tim, mengalami kebersamaan dan kekompakan yang menggembirakan dan memberi rasa kepenuhan.

 

Ini adalah area dimana orang dapat tumbuh mencapai diri terbaik mereka. Mengeluarkan potensi dan kehebatan mereka serta menghasilkan kinerja terbaik. Area dimana orang dapat berkontribusi, mengalirkan ide kreativitas, produktif secara berkesinambungan. Area dimana energi positif mengalir, semangat termotivasi, pikiran tercerahkan, dan kebahagiaan tercipta di tempat kerja. Pada area inilah kinerja dan hasil sungguh tercapai berlipat ganda.

 


 

Pemimpin sejati senantiasa mengecek anggota timnya untuk memahami di area mana mereka sedang berada. Jika mereka berada di area 1, 2, dan 3, sang pemimpin paham bahwa itu bukanlah area yang tepat agar mereka dapat tumbuh menjadi diri terbaik mereka. Pemimpin sejati mengambil tanggung jawab penuh untuk membawa anggota timnya dari area 1 / 2/ 3 menuju area 4. Menuju area dimana mereka dapat mengalami pertumbuhan diri yang optimal.

 

Pemimpin sejati paham bahwa ia memiliki misi untuk menciptakan area 4 di tempat kerjanya dan membawa sebanyak mungkin orang dari area 1 / 2 / 3 menuju area 4 tersebut.

 

Mari cari tahu ada di area mana anggota tim kita saat ini, dan segera bawa mereka menuju area 4.