Permainan menyalahkan - The blaming game

by Erick Iskandar


Posted on 01-Feb-2019



Salah satu permainan yang disukai banyak orang adalah permainan menyalahkan. Ketika hal buruk terjadi pada kita, naluri yang muncul pertama kali adalah menyalahkan. Bahkan kita mendahului orang lain untuk menyalahkan agar kita berada di posisi yang seakan-akan "lebih benar".

 

Bayangkan jika "blaming game" ini banyak dimainkan oleh Pemimpin organisasi.

Yang terjadi adalah :

"Hei, kenapa ini belum dicek?"

"Kok bisa ?"

"Kamu kan udah senior, mestinya udah tau"

"Memangnya kamu ngomong apa ke pelanggan?" dst...

 

Penelitian menunjukkan bahwa menyalahkan adalah bentuk PELAMPIASAN DARI RASA SAKIT / TIDAK NYAMAN kita pada orang lain. Menyalahkan juga merupakan salah satu wujud MEKANISME PERTAHANAN DIRI untuk menjaga harga diri dengan cara menyerang orang lain.

 

So, semakin kita sering memainkan "blaming game" ini, semakin kita menunjukkan pada orang lain bahwa kita sebenarnya dipenuhi rasa sakit dan rasa takut.

 

Jika dilakukan terus menerus, "blaming game" sangat berbahaya karena dapat mengikis relasi secara perlahan dan menghilangkan kesempatan bagi kita untuk menumbuhkan empati bagi orang lain. 

 

Brene Brown (pencetus ide "the power of vulnerability") menyampaikan solusi, yaitu dengan "accountability". Daripada berkata "hei, kenapa ini belum dicek?", cobalah dengan : "apa yang bisa dilakukan supaya ini konsisten bisa dicek?"

 

"Accountability" membuat kita berfokus pada solusi dan membangkitkan rasa tanggung jawab pada orang lain. Pembicaraan yang terjadi dalam "accountability" bukanlah pembicaraan yang saling menyalahkan dan bermain "good cop - bad cop", melainkan pembicaraan yang berfokus pada solusi dan perbaikan yang akan dilakukan di kemudian hari.

 

Saatnya meninggalkan "blaming game".