Menjalani pekerjaan bermakna

by Erick Iskandar


Posted on 31-Mar-2019



Para ahli (penelitian terkenal dilakukan oleh Amy Wrzesniewski dari Universitas Yale) menemukan ada 3 jenis sudut pandang seseorang dalam memaknai pekerjaannya :

 

1.  Pekerjaan sebagai "JOB", yaitu memandang pekerjaannya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup, untuk membayar tagihan, cicilan, menafkahi keluarga, punya uang untuk membeli barang yang diinginkan dan untuk bertahan hidup. Orang-orang yang memandang pekerjaannya hanya sebagai "JOB" seringkali tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya di pekerjaan. Melalui hari-hari sekedar dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, tidak sabar untuk segera pulang. Jarang memberikan loyalitas dan kinerja terbaik. Bahkan seringkali mereka tidak menyukai pekerjaan mereka. Sekedar menghabiskan waktu di pekerjaan sambil menunggu usia pensiun.

 

2.  Pekerjaan sebagai "CAREER", yaitu memandang pekerjaan sebagai suatu profesi yang memiliki jenjang karir yang lebih baik. Mereka memandang pekerjaan mereka bisa dalam konteks profesi (mis: karyawan, pengacara, dokter, wiraswasta, dsb), konteks ketrampilan (mis: menulis, melukis, membuat program, dsb), konteks hirarki di organisasi (mis : staff, MT/MDP, supervisor, manager, direktur, dsb). Orang-orang yang memandang pekerjaannya sebagai "CAREER" akan bekerja untuk masa depan mereka yang lebih baik : kenaikan jabatan, mendapat ketenaran, mendapat kekuasaan, punya wewenang, gaji yang lebih tinggi, dsb. Mereka bekerja untuk kemajuan diri.

 

3.  Pekerjaan sebagai "MEANINGFUL WORK", yaitu memandang pekerjaan sebagai hal yang memiliki tujuan mulia, memberi manfaat bagi orang lain, sebagai sarana mengekspresikan keunikan diri dan nilai yang dimiliki, mendapatkan rasa kepenuhan dan kepuasan batin dari apa yang dilakukan. Orang-orang yang memandang pekerjaannya sebagai "MEANINGFUL WORK" memiliki keyakinan kuat bahwa apa yang mereka lakukan sungguh penting, berarti dan memiliki makna. Sebagian besar memiliki "deeply felt experiences" - pengalaman emosi positif yang mendalam - terhadap pekerjaannya. Mereka menyukai pekerjaan mereka, memberikan kinerja terbaik dan memiliki engagement yang tinggi dengan organisasi mereka.

 

Bagaimana kita memandang pekerjaan kita saat ini? Apakah saat ini kita sedang berada di kategori "JOB", "CAREER" atau "MEANINGFUL WORK?" Tidak ada yang salah jika kita saat ini memandang pekerjaan kita sebagai "JOB". Yang salah adalah jika kita tidak mengolah diri untuk membawa pekerjaan kita saat ini sampai pada "MEANINGFUL WORK".

 

7 fondasi dari G. Richard Shell ini dapat menjadi penuntun kita untuk berproses menuju pekerjaan bermakna. Fondasi ini disingkat sebagai PERFECT :

 

  • Personal Growth & Development, yaitu menjalani pekerjaan kita saat ini dengan dedikasi untuk mengasah ketrampilan dan kemampuan kita terus menerus. Inisiatif-lah untuk mengambil tantangan / project baru, mengikuti kursus baru, latih-lah area-area lain untuk membuat diri kita semakin bertumbuh secara personal dan profesional.

 

  • Entrepreneurial Independence, yaitu memiliki kemandirian / otonomi / kontrol atas apa yang kita lakukan dalam pekerjaan. Kemandirian ini bukan berarti harus menjadi wiraswasta / pengusaha yang membangun bisnis sendiri, melainkan juga otonomi yang kita ciptakan di pekerjaan kita saat ini. Memiliki ruang gerak untuk bebas ber-ekspresi, menunjukkan kreativitas dan kinerja tinggi.

 

  • Religious or Spiritual Identity. Mbah Maridjan sebagai sosok juru kunci Gunung Merapi adalah teladan penting bagi kita terkait bagaimana seseorang memaknai pekerjaannya sebagai perwujudan identitas religius ./ spiritual. Pekerjaan kita tetap memiliki aspek spiritual tak terpisahkan. Memandang pekerjaan sebagai perwujudan ibadah dan pengabdian kita pada Yang Kuasa memberikan makna yang mendalam bagi kita untuk terus menerus termotivasi dalam pekerjaan dan karya.

 

  • Family. Keluarga menjadi fondasi penting dalam membangun pekerjaan bermakna. Didilkah anak-anak kita sedemikian rupa agar mereka mampu menumbuhkembangkan potensi-potensi mereka dan mencintai apa yang mereka lakukan. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orangtua sangat menentukan seseorang untuk memiliki pekerjaan bermakna di kemudian hari. Keluarga juga dapat menjadi motivator utama kita dalam bekerja. Jadikanlah pekerjaan yang kita lakukan sebagai perwujudan pengabdian kita bagi keluarga kita, untuk membalas budi baik mereka dan memberikan masa depan yang lebih gemilang bagi keluarga kita.

 

  • Expressing Yourself Through Ideas, Invention, or the Arts. Pekerjaan yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri dalam wujud seni, musik, lukisan, tulisan, ataupun karya-karya lain terbukti sangat berperan dalam menjadikan pekerjaan kita bermakna. Hasilkanlah karya-karya penting, ciptakanlah ide-ide terobosan, ekspresikan segenap kemampuan / ketrampilan / kreativitas kita pada pekerjaan kita saat ini. Hal tersebut menjadi pintu gerbang bagi kita menjalani pekerjaan yang bermakna.

 

  • Community - Serving a Cause, Helping People in Need. Pekerjaan menjadi bermakna ketika kita melihatnya dalam perspektif untuk melayani tujuan yang lebih besar, memberi manfaat bagi orang lain / komunitas. Ketika kita melakukan pekerjaan kita untuk melayani orang lain, berkontribusi bagi masyarakat luas, maupun menolong orang-orang yang membutuhkan - kita membangun makna penting bagi pekerjaan tersebut.

 

  • Talent-Based Striving for Excellence. "Arete" adalah kata dalam bahasa Yunani kuno yang kurang lebih berarti "pekerjaan yang dilakukan dalam tingkatan standard kualitas tertinggi". Lakukanlah pekerjaan kita dengan semangat "arete" - semangat untuk hanya menghasilkan pekerjaan dengan KUALITAS tinggi dan terbaik, yang menjadi mahakarya dan memberi inspirasi bagi orang lain. Optimalkanlah segala kemampuan dan ketrampilan kita dan hasilkanlah karya-karya berkualitas tinggi. Hal ini menjadi fondasi penting membangun makna dalam pekerjaan kita.

 

Selamat menjalani pekerjaan bermakna !

 

 

Referensi : "Springboard : Launching Your Personal Search for SUCCESS" oleh G. Richard Shell, Penguin Group, 2013.