Pemimpin perlu berhenti memotivasi orang lain

by Erick Iskandar


Posted on 04-Jul-2018



Pemimpin perlu berhenti memotivasi orang lain karena hal itu tidak akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang sudah termotivasi. Yang berbeda adalah kualitas motivasinya. Motivasi yang didorong oleh nilai luhur, tujuan, kepedulian, kegembiraan… tentu berbeda KUALITAS-nya dengan motivasi yang didorong oleh ego, status, kekuasaan ataupun dorongan mencapai reward eksternal.

 

Susan Fowler dalam karyanya “why motivating people doesn’t work” menyatakan bahwa Pemimpin perlu meninggalkan praktik tradisional memotivasi karyawan model “stick & carrot” dengan mengandalkan pada reward / punishment / incentives. Penelitian yang banyak dilakukan ahli motivasi menunjukkan bahwa insentif / reward hanya efektif pada jangka pendek bukan pada jangka panjang, hanya efektif untuk pekerjaan sederhana bukan pada pekerjaan kompleks yang menuntut kreativitas.

 

Bayangkan anda adalah seorang Sales Manager yang ingin tahu apakah anggota tim Sales anda termotivasi atau tidak. Anda mengecek grafik penjualan triwulan dan anda menemukan ada 2 orang anggota tim yang memiliki kinerja penjualan terbaik. Yang perlu dicermati adalah 2 orang anggota Sales anda ini bisa memiliki MOTIVASI YANG BERBEDA dalam mencapai target penjualan. Yang satu orang termotivasi karena ingin memenangkan kontes sales terbaik, untuk menjadi nomor satu dan mendapatkan bonus kinerja. Yang satu orang lagi termotivasi karena ia mencintai produk dan pelayanan perusahaan anda, karena ia senang ketika bisa membantu pelanggan memecahkan masalah mereka , dan karena ia menikmati proses jualan terutama saat berinteraksi dengan pelanggan. Penelitian membuktikan bahwa dua kualitas motivasi yang berbeda dari dua orang tim Sales anda ini akan berdampak sangat besar pada energi, maupun kinerja jangka Panjang mereka.

 

Lalu, jika Pemimpin tidak perlu memotivasi anggota timnya, apa yang sebaiknya dilakukan Pemimpin? Langkah awal adalah memahami bahwa setiap orang memiliki 3 KEBUTUHAN PSIKOLOGIS UTAMA. Fokuslah pada 3 kebutuhan ini dan ciptakanlah situasi di tempat kerja yang memungkinkan orang lain mampu memenuhi 3 kebutuhan ini.

 

Untuk mempermudah, mari kita sebut 3 kebutuhan psikologis ini sebagai ARC :

1. Autonomy (autonomi) adalah kebutuhan manusiawi kita untuk mempersepsikan diri bahwa kita punya pilihan. Kebutuhan untuk merasa bahwa apa yang kita lakukan adalah berdasarkan kehendak kita sendiri. Ini adalah mengenai persepsi bahwa kita sendiri-lah yang menjadi sumber perilaku kita.

 

2. Relatedness (keterhubungan) adalah kebutuhan kita untuk menunjukkan kepedulian dan mendapatkan kepedulian dari orang lain. Ini adalah kebutuhan untuk merasa terhubung dengan orang lain tanpa khawatir adanya motif terselubung. Ini adalah kebutuhan kita untuk merasa bahwa kita berkontribusi terhadap sesuatu yang lebih besar dari diri kita.

 

3. Competence (bertumbuh) adalah kebutuhan kita untuk merasa efektif saat berhadapan dengan kesempatan dan tantangan dalam keseharian. Ini adalah kebutuhan untuk menunjukkan ketrampilan / keahlian sepanjang waktu. Ini adalah perasaan mengenai bertumbuh dan berkembang.

 

 ARC psychological needs

 

 

Autonomy

Bayangkan jika di tempat kerja, anda terlalu banyak diatur. Atasan anda memang kompeten dalam hal teknis sehingga banyak mengatur sampai hal detail pekerjaan yang menjadi tanggung jawab anda. Padahal anda memiliki jam terbang dan kompetensi yang handal.

 

Anda telah menunjukkan kompetensi handal selama bekerja di organisasi, terutama dalam hal mengumpulkan data sales dan melaporkannya secara berkala ke kantor pusat. Bahkan ketika atasan anda mengambil cuti, anda tetap menyelesaikan laporan tersebut secara lengkap. Namun atasan anda tetap menuntut agar ia me-review dan meng-edit laporan tersebut dan agar ia sendiri yang mengirimkannya ke kantor pusat.

 

Atasan anda gagal memahami (atau memang tidak peduli) bahwa banyak kerugian yang timbul akibat gaya kepemimpinannya yang tidak tepat dan mengikis kebutuhan psikologis anggota timnya. Ia tampak nyaman-nyaman saja dan tidak merubah gaya kepemimpinannya – lagipula ia sudah sukses dengan posisinya yang sekarang di organisasi.

 

Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, bisa dipastikan anda mengalami demotivasi. Mengapa? Karena micro-managing yang dilakukan atasan anda telah mengikis need for autonomy anda. Tentu sebagai pribadi yang memiliki pilihan, kita membutuhkan suasana kerja dimana kita bisa memiliki kebebasan berkreasi, kemandirian berpikir & mengambil keputusan, dukungan untuk memecahkan masalah sendiri, kesempatan menunjukkan kinerja diri secara aktif, kepercayaan untuk melakukan kesalahan dan belajar darinya.

 

Karyawan akan mengalami autonomy ketika mereka merasa memiliki kontrol dan pilihan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Autonomy bukan berarti Pemimpin menjadi permisif dan lepas tangan, namun adalah mengenai karyawan yang merasa bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap pekerjaan mereka. Pemimpin perlu menciptakan suasana kerja dimana anggota timnya mampu mengalami autonomy dan dengan demikian membantu mereka memotivasi dirinya sendiri. Lalu, apa yang perlu dilakukan oleh pemimpin? Kuncinya adalah PEMBERDAYAAN. Berikan kepercayaan pada anggota tim dan berdayakan mereka dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

 

Menurut Ken Blanchard, pemimpin dapat melakukan pemberdayaan dengan : membagikan informasi yang relevan, menciptakan kemandirian dengan batasan tertentu, dan mengganti model hirarkis dengan “self-managed teams”. Ketika pemimpin memberdayakan anggota timnya, tidak hanya ia akan membantu memenuhi kebutuhan psikologis autonomy mereka. Ia juga meningkatkan engagement anggota timnya.

 

 

Relatedness

Bayangkan di tempat kerja, atasan anda sering melakukan blaming dan judging terhadap kinerja anda. Tanpa pemahaman konteks di lapangan, ketika melihat target sales anda yang tidak tercapai 1x (sementara yang tercapai 6x), ia membanding-bandingkan kinerja anda dengan kinerja dirinya dulu dan melakukan personal attack dengan menggunakan kata-kata “kalau kerja pakai hati dong”.

 

Jika hal ini terjadi terus menerus, maka anda akan mengalami demotivasi, karena atasan anda telah mengikis kebutuhan relatedness anda, dimana anda membutuhkan kepedulian, dukungan, apresiasi, dan hubungan interpersonal yang sehat dan bermakna.

 

Bayangkan juga organisasi anda memiliki budaya kerja kompetitif dimana kehebatan seseorang hanya dilihat dari banyaknya insentif/reward/bonus yang diterima. Dimana mobil bagus, jam tangan keren, smartphone terkini menjadi nilai utama seseorang dianggap “hebat” di orgainisasi anda. Suasana ini menjadikan anda termotivasi secara eksternal untuk meraih bonus sebanyak-banyaknya dan gagal memahami nilai luhur di balik pelayanan yang anda lakukan untuk para pelanggan maupun nilai utama produk yang anda jual yang membantu memecahkan masalah pelanggan anda.

 

Jika hal ini juga terjadi terus-menerus maka anda akan mengikis relatedness anda sendiri, dimana anda gagal memenuhi kebutuhan anda akan pekerjaan yang bermakna, yang ingin berkontribusi terhadap sesuatu yang mulia yang melebiihi diri kita sendiri.

 

Pemimpin perlu membantu memenuhi relatedness anggota timnya dengan membantu mereka menemukan makna pekerjaan, berkontribusi pada tujuan sosial, dan mengalami hubungan interpersonal yang sehat.

 

Hal ini dilakukan dengan membangun HUBUNGAN KEPERCAYAAN. Pemimpin perlu menjalin relasi positif dengan tim-nya, menemukan mereka melakukan kinerja positif dan memberikan apresiasi segera, memberikan feedback tanpa menghakimi saat terjadi kesalahan, menjalin human connection yang tulus dengan anggota timnya karena memahami bahwa mereka bukan sekedar objek pekerja, melainkan subjek pribadi yang memiliki kekuatan dan kelemahan.

 

 

Competence

Apakah anda pernah terpesona saat mengamati bayi yang sedang belajar berjalan? Saat belajar, mereka terjatuh berkali-kali, namun demikian tetap bangkit. Saat mereka mendorong diri mereka untuk terus belajar berjalan, mereka lebih banyak tertawa dibandingkan menangis. Mereka menemukan kegembiraan saat belajar, bertumbuh dan berkembang.

 

Begitu pula diri kita yang telah dewasa. Dorongan untuk terus belajar dan bertumbuh adalah dorongan motivasi lahiriah yang sudah menjadi bawaan lahir. Bayangkan apa jadinya jika di tempat kerja kita tidak merasa bertumbuh / berkembang dan tidak merasa ada kemajuan yang dicapai. Dapat dipastikan kita akan mengalami demotivasi karena kebutuhan competence kita terkikis.

 

Memotivasi orang lain tidak akan berhasil karena kita tidak bisa memaksa orang lain untuk belajar dan bertumbuh, namun kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang penuh suasana pembelajaran yang dapat memacu orang untuk bertumbuh dan berkembang.

 

Pemimpin memiliki peran luar biasa penting untuk membantu anggota timnya memenuhi competence mereka. Berikan tantangan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi mereka, stimulasi anggota tim melakukan berbagai improvement, berikan training dan sertifikasi yang dibutuhkan, libatkan dalam project-project menantang yang mengasah mental dan etos kerja, lakukan mentoring untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan mereka, berikan coaching untuk membantu mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri.

 

Orang perlu memiliki rasa “sense of competence” dalam setiap area kehidupan mereka, terutama di tempat dimana mereka menghabiskan waktu paling banyak, yaitu di tempat kerja. Ketika mereka tidak mengalami “sense of competence” dalam pekerjaan yang mereka jalani, besar kemungkinan mereka tidak akan memiliki rasa “sense of competence” yang holistik (menyeluruh) – dan dengan demikian akan berpengaruh secara negatif pada area hidup mereka yang lain.

 

 

RANGKUMAN

Merupakan kesalahan jika kita berpikir bahwa orang tidak termotivasi. Mereka sudah termotivasi. Mereka berjuang untuk memenuhi A.R.C mereka. Disinilah peran Pemimpin sungguh-sungguh penting. Pemimpin perlu menciptakan suasana kerja dan menerapkan gaya kepemimpinan yang memungkinkan anggota timnya memenuhi A.R.C mereka. Jadilah Pemimpin yang bukan sekedar memotivasi orang lain namun jadilah Pemimpin yang membimbing orang lain agar mereka mampu memotivasi dirinya sendiri dengan memenuhi kebutuhan A.R.C mereka di tempat kerja